Th, 2024.03.28, 19.36

ngeblogoblogoblogan

Main | Registration | Login
Welcome Guest
RSS
Mini chat
200
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Track Block
Digital Tracker
Respect
free counters Page copy protected against web site content infringement by Copyscape
Search in Respati
Search in Google
GooTrans
Site friends
  • Alumni STIBA/ABA Malang
  • Caruban Internet Cafe
  • Web Asal Coret
  • Jack's Wordpress
  • Trinil Cyber Media
  • Personal Weblog
  • Javanese Culture
  • Public Photo Albums
  • My Facebook
  • Hanya KiTa
  • Login form
    This is
    IP
    Tag cloud
    sikap JAVA busana jawa hantu dunia Ghost makhluk halus Empu mpu gamelan me nephe malang STIBA java blade pasuruan kris Married mantu pengantin bromo mountain Pandangan Hidup Jawa antique Guitar kuno Music room forever culture east java friend religi adat coffe home House rizki rumah tea ruwatan garden pool name President girlfreind Moslem Girlfriends mommy girl making love Monoteism jawa Fonts memoria Friendship never dies... Babad Babat shadow puppet bharathayudha Kill Bill GAIB ghoib risky rizky darmagandhul Knight skills respati memories gatholoco wayang indonesia merdeka kamasutra seks hiking Budaya kejawen riski qur'an quran surat Heroes 3gp bokep waterfall danang doa mantra qulhu geni keris Apple nama Cute smile Rizki Yuwono Paranormal sisters Pardi Raka Indonesia

    Article


    Main » Articles

    Total entries in catalog: 50
    Shown entries: 22-42
    Pages: « 1 2 3 »

    Dikalangan masyarakat kita, terutama yang ada di Pulau Jawa, ada yang mempunyai keyakinan bahwa untuk beberapa jenis kayu tertentu, ada yang memiliki daya gaib dan khasiat tertentu. Asal kayu tersebut bisa saja karena berasal dari pohon atau kayu bekas tempat keramat atau yang dikeramatkan seperti makam leluhur, para Wali atau karena langka, susah mendapatkannya atau bisa juga karena memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki kayu lain.
    Charlatan | Views: 26754 | Author: Rizki Yuwono, SS | Added by: respati | Date: 2009.05.22 | Comments (0)

    Tulisan ini merupakan makalah yang disampaikan oleh Prof. Hasanu Simon dan telah mendapat izin dari beliau untuk disebarluaskan. Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang mungkin masih ada di dalam makalah tersebut, tentunya ini merupakan usaha yang patut didukung oleh da’i-da’i Islam yang lurus dan benar manhajnya.
    Charlatan | Views: 992 | Author: Rizki Yuwono, SS | Added by: respati | Date: 2009.05.21 | Comments (0)

    Nama orang, jeneng, aran, atau tetenger merupakan sebutan terhadap pribadi seseorang. Pada umumnya nama ini diberikan kepada seorang anak oleh orang tuanya. Namun demikian, kadang-kadang, pada keadaan tertentu, nama itu diberikan oleh bukan orang tuanya, misalnya diberikan oleh ulama, pemuka masyarakat, atau anggota keluarga lain yang dipertuakan atau dihormati di lingkungannya.
    Charlatan | Views: 2871 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.19 | Comments (0)

    Wayang merupakan bentuk konsep berkesenian yang kaya akan cerita falsafah hidup sehingga masih bertahan di kalangan masyarakat jawa hinggga kini. Disaat pindahnya Keraton Kasunanan dari Kartasura ke Desa Solo (sekarang Surakarta) membawa perkembangan juga dalam seni pewayangan. Seni pewayangan yang awalnya merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki Dalang yang berceritera, adalah suatu bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni rupa) dengan menampilkan tokoh wayangnya yang diiringi dengan gending/irama gamelan, diwarnai dialog (antawacana), menyajikan lakon dan pitutur/petunjuk hidup manusia dalam falsafah.
    Charlatan | Views: 2459 | Author: rizki yuwono | Added by: respati | Date: 2009.05.18 | Comments (0)

    Berdirinya kerajaan Mataram Islam memberi warna baru dalam sejarah penanggalan di Jawa. Tepatnya ketika pemerintahan Sri Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma, ditetapkanlah pemberlakuan Tahun Jawa. Adapun sistem penanggalan Tahun Jawa adalah mengikuti penanggalan Hijriah, yaitu berdasarkan perputaran bulan, atau disebut Komariah. Sistem penanggalan ini disepakati berlaku di seluruh wilayah Mataram, yaitu pulau Madura dan seluruh Jawa (kecuali Banten yang bukan kekuasaan Mataram). Hari itu Jum'at Legi tanggal 1 Muharram 1043 Hijriah bertepatan dengan tahun Saka 1555, dan tahun 1633 Masehi, ditetapkan sebagai awal Tahun Jawa 1555 (melestarikan peninggalan penanggalan Saka).
    Charlatan | Views: 1698 | Author: riski yuwono | Added by: respati | Date: 2009.05.17 | Comments (0)

    Adalah Tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian, atas dosa/kesalahannya yang diperkirakan bisa berdampak kesialan didalam hidupnya. Kebudayaan Jawa sebagai subkultur Kebudayaan Nasional Indonesia, telah mengakar bertahun-tahun menjadi pandangan hidup dan sikap hidup umumnya orang Jawa. Sikap hidup masyarakat Jawa memiliki identitas dan karakter yang menonjol yang dilandasi direferensi nasehat-nasehat nenek moyang sampai turun temurun, hormat kepada sesama serta berbagai perlambang dalam ungkapan Jawa, menjadi isian jiwa seni dan budaya Jawa.
    Charlatan | Views: 950 | Author: rizki yuwono | Added by: respati | Date: 2009.05.16 | Comments (0)

    Istilah “Pandangan Hidup Jawa” di sini mempergunakan pengertian yang longgar, jadi istilah ini dapat saja diganti dengan istilah-istilah lain yang mempunyai arti yang kurang lebih sama, seperti “Filsafat Jawa” (Abdulah Ciptoprawiro) “Filsafah Kejawen” atau istilah lain lagi. Tetapi pandangan hidup Jawa, ini tidaklah identik dengan “Aliran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa” atau “Islam Abangan” atau “Mistik Jawa” dan lebih-lebih dengan “ilmu-ilmu klenik”. Sementara itu beberapa istilah lain seperti “Agama Jawa” atau “Agama Jawi” (Koentjaraningrat), “the religion of java” (Clifford Geertz), dan lain-lain. Itu tidak identik dengan “Pandangan Hidup Jawa” sekalipun terlihat adanya beberapa segi persamaan.
    Charlatan | Views: 982 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.15 | Comments (0)

    Ada pepatah yang menyatakan: "Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu. Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).
    Charlatan | Views: 1363 | Author: rizky yuwono | Added by: respati | Date: 2009.05.13 | Comments (0)

    Mupu, artinya memungut anak, yang secara magis diharapkan dapat menyebabkan hamilnya si Ibu yang memungut anak, jika setelah sekian waktu dirasa belum mempunyai anak juga atau akhirnya tidak mempunyai anak. Orang Jawa cenderung memungut anak dari sentono (masih ada hubungan keluarga), agar diketahui keturunan dari siapa dan dapat diprediksi perangainya kelak yang tidak banyak menyimpang dari orang tuanya.
    Charlatan | Views: 801 | Author: Ken risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.10 | Comments (0)

    Pada kenyataannya banyak orang yang tertarik menelaah pada dunia mahkluk halus, barang kali mereka mendengar beberapa cerita atau membaca tulisan atau dari buku-buku. Bagi orang yang telah mencapai ilmu sejati dalam kejawen atau mungkin yang sudah menguasai metafisika, dunia mahkluk halus itu biasa adanya, bukannya omong kosong. Dibawah ini digambarkan informasi dari dunia-dunia mereka versi kejawen,dimana ( lebih dari satu dunia ) paling tidak yang terjadi ditanah Jawa.
    Charlatan | Views: 1013 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.09 | Comments (0)

    Busana adat Jawa biasa disebut dengan busana kejawen mempunyai perlambang tertentu bagi orang Jawa. Busana Jawa penuh dengan piwulang sinandhi (ajaran tersamar) kaya akan ajaran Jawa. Dalam busana Jawa ini tersembunyi ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, diri sendiri maupun Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta segalanya.
    Charlatan | Views: 1099 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.07 | Comments (0)

    Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah ‘Ahli’ dalam pembuatan ‘Keris’. Dalam kesempatan ini, Empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama ‘keris’ pastilah ada yang membuat.
    Charlatan | Views: 1050 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.05.05 | Comments (0)

    Bangunan pokok rumah adat Jawa ada lima macam, yaitu: panggung pe, kampung, limasan, joglo dan tajug. Namun dalam perkembangannya, jenis tersebut berkembang menjadi berbagai jenis bangunan rumah adat Jawa, hanya bangunan dasarnya masih tetap berpola dasar bangunan yang lima tersebut (Narpawandawa, 1937-1938).
    Charlatan | Views: 1615 | Author: riski yuwono | Added by: respati | Date: 2009.05.01 | Comments (0)

    Pada umumnya orang jawa yang mempunyai hajat “mantu” (mengawainkan anaknya), dibagian muka rumahnya di pasang “tarub” yaitu tertata dihias dengan janur kuning, daun kelapa muda yang berwarna kuning. Meskipun “Mantu” tidak dirumahnya sendiri misalnya di gedung pertemuan dsb, hiasan ini pun dilaksanakan pula. Dimuka pintu masuk sebelah kanan dan kiri didirikan pohon pisang suluhan (sebagian buahnya sudah masak) atau pisang tuwuhan (lengkap dengan akar, batang, daun dan buahnya). Disamping pohon-pohon pisang tersebut, dilengkapi hiasan lain-lainnya, ialah: Dahan kapas dengan bunga dan buahnya, padi seuntai, dahan beringin dengan daunnya, cengkir gading (kelapa gading muda), tebu wulung (hitam), daun apa-apa, pisang raja talun masak di pohon (suluh).
    Charlatan | Views: 1479 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.03.13 | Comments (0)

    Kalender Jawa sama halnya dengan kalender-kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan, tanggal dan hari dari suatu saat. Dalam kalender ini selain ada tujuh hari, minggu sampai dengan sabtu juga ada lima hari pasaran : kliwon, legi, pahing, pon dan wage.
    Charlatan | Views: 2566 | Author: Rizki Yuwono | Added by: respati | Date: 2009.03.08 | Comments (0)

    Orang Jawa yang tradisional tidak dapat memisahkan mitos dalam kehidupan mereka, oleh sebab itu, kita telaah dan akan coba menguraikan tentang orang jawa dan latar belakang yang ikut mewarnai pemikiran mereka dalam menafsirkan kehidupan ini.
    Charlatan | Views: 845 | Author: Ken Risky Yuwana | Added by: respati | Date: 2009.02.15 | Comments (0)

    Orang Jawa sangat memperhatikan masalah hidup dan peri kehidupannya, demikian besar perhatian mereka sehingga peri kehidupan yang dianggap sangat penting itu diatur dengan cara dan tata laksana tertentu, dan dijadikan sebuah tatacara dan upacara adat.
    Charlatan | Views: 20816 | Author: Rizki Yuwono | Added by: respati | Date: 2009.02.14 | Comments (2)

    Untuk menata segala kehidupan menjadi selaras dalam kehidupan duniawi dan rohani/batin adalah pandangan hidup dan kesehari-harian masyarakat jawa pada umumnya, misalnya cara berbusana yang serasi (tidak kontras, tidak seronok, tidak selalu mencari perhatian), keselarasan dalam berbicara meskipun sedang dalam emosi batin yang meledak-ledak tetap berusaha santun dalam mengungkapkan isi hatinya. Ngono ya ngono nanging aja ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu) adalah peribahasa jawa dalam mengungkapkan keselarasan dapat menahan emosi.
    Charlatan | Views: 7092 | Author: Rizki Yuwono | Added by: respati | Date: 2009.02.12 | Comments (0)

    Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya. Puncak gunung dalam kebudayaan Jawa dianggap suatu tempat yang tinggi dan paling dekat dengan dunia diatas, karena pada awalnya dipercayai bahwa roh nenek moyang tinggal di gunung-gunung
    Charlatan | Views: 659 | Author: risky yuwono | Added by: respati | Date: 2009.02.05 | Comments (0)

    Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa).
    Charlatan | Views: 918 | Author: rizki yuwono | Added by: respati | Date: 2009.02.03 | Comments (0)

    Sunan Kalijaga yang hidup di jaman Kerajaan Islam Demak (sekitar abad 15) aslinya bernama Raden Said, adalah putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta/Raden Sahur. Raden Sahur adalah keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu. Sunan Kalijaga diperkenalkan agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban sejak kecil.
    Charlatan | Views: 1233 | Author: qqdw | Added by: respati | Date: 2009.01.29 | Comments (0)

    1-21 22-42 43-50
    Copyright Alamalam © 2024