Article
Entries in category: 49 Shown entries: 10-18 |
Pages: « 1 2 3 4 5 6 » |
Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa).
Charlatan |
Views: 922 |
Author: rizki yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.02.03
|
|
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya. Puncak gunung dalam kebudayaan Jawa dianggap suatu tempat yang tinggi dan paling dekat dengan dunia diatas, karena pada awalnya dipercayai bahwa roh nenek moyang tinggal di gunung-gunung
Charlatan |
Views: 662 |
Author: risky yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.02.05
|
|
Untuk menata segala kehidupan menjadi selaras dalam kehidupan duniawi dan rohani/batin adalah pandangan hidup dan kesehari-harian masyarakat jawa pada umumnya, misalnya cara berbusana yang serasi (tidak kontras, tidak seronok, tidak selalu mencari perhatian), keselarasan dalam berbicara meskipun sedang dalam emosi batin yang meledak-ledak tetap berusaha santun dalam mengungkapkan isi hatinya. Ngono ya ngono nanging aja ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu) adalah peribahasa jawa dalam mengungkapkan keselarasan dapat menahan emosi.
Charlatan |
Views: 7095 |
Author: Rizki Yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.02.12
|
|
Orang Jawa sangat memperhatikan masalah hidup dan peri kehidupannya, demikian besar perhatian mereka sehingga peri kehidupan yang dianggap sangat penting itu diatur dengan cara dan tata laksana tertentu, dan dijadikan sebuah tatacara dan upacara adat.
Charlatan |
Views: 20832 |
Author: Rizki Yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.02.14
|
|
Orang Jawa yang tradisional tidak dapat memisahkan mitos dalam kehidupan mereka, oleh sebab itu, kita telaah dan akan coba menguraikan tentang orang jawa dan latar belakang yang ikut mewarnai pemikiran mereka dalam menafsirkan kehidupan ini.
Charlatan |
Views: 848 |
Author: Ken Risky Yuwana |
Added by: respati |
Date: 2009.02.15
|
|
Kalender Jawa sama halnya dengan kalender-kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan, tanggal dan hari dari suatu saat. Dalam kalender ini selain ada tujuh hari, minggu sampai dengan sabtu juga ada lima hari pasaran : kliwon, legi, pahing, pon dan wage.
Charlatan |
Views: 2568 |
Author: Rizki Yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.03.08
|
|
Pada umumnya orang jawa yang mempunyai hajat “mantu” (mengawainkan anaknya), dibagian muka rumahnya di pasang “tarub” yaitu tertata dihias dengan janur kuning, daun kelapa muda yang berwarna kuning. Meskipun “Mantu” tidak dirumahnya sendiri misalnya di gedung pertemuan dsb, hiasan ini pun dilaksanakan pula. Dimuka pintu masuk sebelah kanan dan kiri didirikan pohon pisang suluhan (sebagian buahnya sudah masak) atau pisang tuwuhan (lengkap dengan akar, batang, daun dan buahnya). Disamping pohon-pohon pisang tersebut, dilengkapi hiasan lain-lainnya, ialah: Dahan kapas dengan bunga dan buahnya, padi seuntai, dahan beringin dengan daunnya, cengkir gading (kelapa gading muda), tebu wulung (hitam), daun apa-apa, pisang raja talun masak di pohon (suluh).
Charlatan |
Views: 1483 |
Author: Ken Risky Yuwana |
Added by: respati |
Date: 2009.03.13
|
|
Bangunan pokok rumah adat Jawa ada lima macam, yaitu: panggung pe, kampung, limasan, joglo dan tajug. Namun dalam perkembangannya, jenis tersebut berkembang menjadi berbagai jenis bangunan rumah adat Jawa, hanya bangunan dasarnya masih tetap berpola dasar bangunan yang lima tersebut (Narpawandawa, 1937-1938).
Charlatan |
Views: 1618 |
Author: riski yuwono |
Added by: respati |
Date: 2009.05.01
|
|
Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah ‘Ahli’ dalam pembuatan ‘Keris’. Dalam kesempatan ini, Empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama ‘keris’ pastilah ada yang membuat.
Charlatan |
Views: 1052 |
Author: Ken Risky Yuwana |
Added by: respati |
Date: 2009.05.05
|
|
|