Th, 2024.04.25, 08.16

ngeblogoblogoblogan

Main | Registration | Login
Welcome Guest
RSS
Mini chat
200
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Track Block
Digital Tracker
Respect
free counters Page copy protected against web site content infringement by Copyscape
Search in Respati
Search in Google
GooTrans
Site friends
  • Alumni STIBA/ABA Malang
  • Caruban Internet Cafe
  • Web Asal Coret
  • Jack's Wordpress
  • Trinil Cyber Media
  • Personal Weblog
  • Javanese Culture
  • Public Photo Albums
  • My Facebook
  • Hanya KiTa
  • Login form
    This is
    IP
    Tag cloud
    sikap JAVA busana jawa hantu dunia Ghost makhluk halus Empu mpu gamelan me nephe malang STIBA java blade pasuruan kris Married mantu pengantin bromo mountain Pandangan Hidup Jawa antique Guitar kuno Music room forever culture east java friend religi adat coffe home House rizki rumah tea ruwatan garden pool name President girlfreind Moslem Girlfriends mommy girl making love Monoteism jawa Fonts memoria Friendship never dies... Babad Babat shadow puppet bharathayudha Kill Bill GAIB ghoib risky rizky darmagandhul Knight skills respati memories gatholoco wayang indonesia merdeka kamasutra seks hiking Budaya kejawen riski qur'an quran surat Heroes 3gp bokep waterfall danang doa mantra qulhu geni keris Apple nama Cute smile Rizki Yuwono Paranormal sisters Pardi Raka Indonesia

    Article


    Main » Articles » Charlatan

    METRUM MACAPAT
    Berdasarkan konvensi yang sejenis dan kebiasaan penggunaan secara bersama-sama dalam teks-teks sastra jawa (klasik), jenis metrum macapat berjumlah lima belas. Setiap jenis metrum memiliki aturan tertentu yang disebut Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu.

    Penamaan Metrum Macapat

    Dalam beberapa teori sastra jawa terdapat nama-nama jenis tembang macapat, kadang didapati bahwa jumlah metrumnya tidak sama. Perbedaan jumlah itu berkaitan dengan dimasukannya beberapa tembang tengahan dan tembang gede ke tembang macapat. Namun demikian nama metrum macapat sesuai dengan jenis tembangnya terdiri dari, Pucung, Mijil, durma, Kinanthi, Asmaradhana, Pangkur, Sinom, Gambuh, Balabak, Jurudemung, Wirangrong dan Girisa. Penamaan kelimabelas metrum macapat di jabarkan oleh Laginem melelui beberapa sumber baik itu secara etmologi serta keterangan lainnya, kesemuanya dipaparkan berikut ini,

    A). Pangkur berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam berbahasa jawa kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur diberiarti buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur berarti mengekor dan tut wuntat berarti mengikuti.

    B). Maskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis. Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan – um. Kambang dari kata Ka- dan Ambang. Kambangselain berarti terapung, juga berarti Kamwang atau kembang. Ambang ada kaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang atau mengidung. Dengan demikian, Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diberi arti Ulam Toya yang berari ikan air tawar, sehingga kadang-kadang di isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.

    C). Sinom ada hubungannya dengan kata Sinoman, yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat. Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan upacara-upacara bagi anak-anak muada zaman dahulu. Dalam Serat Purwaukara, Sinom diberi arti seskaring rambut yang berarti anak rambut. Selain itu, Sinom juga diartikan daun muda sehingga kadang-kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.

    D). Asmaradana berasal dari kata Asmara dan Dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api. Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara, Smarandana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka memberi.

    E). Dhangdhanggula diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.

    F). Durma dari kata jawa klasik yang berarti harimau. Sesuai dengan arti itu, tembangDurma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram.

    G). Mijil berarti keluar. Selain itu , Mijil ada hubungannya dengan Wijil yang bersinonim dengan lawang atau pintu. Kata Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang bunganya berbau wangi. Bunga tumbuh-tumbuhan itu dalam bahasa latin disebut heritiera littoralis.

    H). Kinanthi berarti bergandengan, teman, nama zat atau benda , nama bunga. Sesuai arti itu, tembang Kinanthi berwatak atau biasa digunakan dalam suasana mesra dan senang.

    I). Gambuh berarti ronggeng, tahu, terbiasa, nama tetumbuhan. Berkenaan dengan hal itu, tembang Gambuh berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana tidak ragu-ragu.

    J). Wirangrong berarti trenyuh ( sedih ), nelangsa ( penuh derita ), kapirangu ( ragu-ragu ),. Namun dalam teks sastra, Wirangrong digunakan dalam suasana berwibawa.

    K). Jurudemung berasal dari kata juru yang berarti tukang, penabuh, dan demung yang berarti nama sebuah perlengkapan gamelan. Dengan demikian, Jurudemung dapat berarti penabuh gamelan. Dalam Serat Purwaukara, Jurudemung diberi arti lelinggir kang landep atau sanding (pisau) yang tajam.

    L). Girisa berarti arik (tenang), wedi (takut), giris (ngeri). Girisa yang berasal dari bahasa Sansekerta, Girica adalah nama dewa Siwa yang bertahta di gunung atau dewa gunung, sehingga disebut Hyang Girinata. Dalam Serat Purwaukara, Girisa diberi arti boten sarwa wegah, bermakna tidak serba enggan, sehingga mempunyai watak selalu ingat.

    M). Pucung adalah nama biji kepayang, yang dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan ( kuncup dedaunan ) yang biasanya tampak segar. Ucapan cung dalam Pucung cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu, yang menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Sehingga tembang Pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

    N). Megatruh berasal dari awalan am, pega dan ruh. Pegat berarti putus, tamat, pisah, cerai. Dan ruh berarti roh. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh diberi arti mbucal kan sarwa ala ( membuang yang serba jelek ). Pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pamegat yang berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli, guru agama. Dengan demikian, Megatruh berarti petugs yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.

    O). Balabak, dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau terbenam. Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka, Balabak dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau. Apabila terbang, pasukan burung Bangau tampak santai. Oleh karena itu tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

    Category: Charlatan | Added by: respati (2009.05.23) | Author: Rizki Yuwono, SS
    Views: 1279 | Rating: 0.0/0
    Total comments: 0
    Only registered users can add comments.
    [ Registration | Login ]
    Copyright Alamalam © 2024